Pancasila Tidak Bertentangan Dengan Rukun Islam.

Pancasila Tidak Bertentangan Dengan Rukun Islam.
Negara Islam kini mulai marak diperbincangkan pasalnya gerakan ini mengemuka ditengah masyarakat dan telah memakan korban khususnya kalangan awam yang telah banyak berubah setelah mendapat doktrin.
Berkaitan dengan itu ada sebuah kisah seorang mahasiswa dari sebuah perguruan tinggi di Bogor sebut saja Gatot namanya yang kemudian diganti al khattat. Pada hari raya, mahasiswa ini si Gatot alias al khattat pulang kampung dan sebagaimana biasa layaknya pemuda, ketika lepas sholat maghrib mereka pada ngobrol di serambi masjid.
Kali ini Gatot mulai agak berubah dalam berpakaian, celana cingkrang berpakaian seperti pakaian tuan takur dalam adegan film India. Perubahan penampilan luarnya ternyata juga selaras dengan perubahan cara berfikirnya khususnya tentang faham keagamaan. Gatot memulai pembicaraan yang mengagetkan teman teman sekampung dan cenderung mencoba untuk mendoktrin kepada teman sekampungnya.
“Kamu sadar gak bahwa kamu semua ini yang menerima Pancasila sebagai dasar ini adalah taghut, karena menolak al Qur’an dan Hadits dan barangsiapa yang menolak hokum Alloh, maka kafir, zalim atau fasiq demikian dalam al Qur’an,” kata Gatot.
Teman teman yang mendengar pernyataan Gatot alias al Khatat itu terbengong ada yang kaget, ada yang geleng geleng, lalu salah satu teman diskusi itu ada yang menanggapi,” jadi kita ini kafir??”. Dengan lantang Gatot menjawab, “Ya anda semua ini kafir karena mendukung taghut (Pancasila dan UUD 1945) dan tak mau berjuang untuk berdirinya Negara Islam dengan Hukum, selama anda semua tidak ada perjuangan itu, maka kamu adalah kafir, zalim atau fasiq.”
Kemudian salah satu dari pemuda itu sebut saja Kholis, ia jebolan pesantren mulai angkat bicara, “begini mas Gatot saya hafal dengan ayat yang kau maksud dan anda perlu berhati hati memahami dan melaksanakan ayat ini. Sebab sangat berbahaya dan bisa menyulut kekerasan, dalam sejarah ayat ini pernah digunakan oleh mereka yang memberontak kepada Khalifa Utsman bin Affan RA, dengan mengatas namakan hokum Alloh. Mereka membunuh Khalifah Utsman secara kejam dengan dalih Utsman telah kafir karena oleh pemberontak dianggap tidak melaksanakan hukum Alloh, oleh karena itu halal darahnya.
Apa yang diwacanakan kemudian direalisasikan dengan membunuh Utsman sahabat nabi yang berjasa dalam mengembangkan Islam. Begitu juga kaum khawarij yang membunuh Sayyidina Ali, sepupu dan menantu nabi serta pejuang Islam terkemuka yang dikatakan kafir dengan ayat itu oleh kelompok khawarij,” begitu paparan kholis menanggapi pernyataan Gatot alias al Khattat.
Kholis melanjutkan paparannya, “perlu diketahui tentang ayat ini telah terjadi perdebatan antara Ali dan kaum khawarij, ketika itu kaum khawarij dihadapan Ali mengatakan, “wahai Ali berhukumlah dengan hukum Alloh, tiada hukum kecuali hukum Alloh.?” Kemudian Ali menjawab, “Hua kalimatul haq wauriduha bil bathil” (itu kalimah benar tetapi maksudnya adalah kebatilan). Mendengar cerita tersebut salah satu dari pemuda itu bertanya wah menarik jawaban sayyidina Ali itu, tapi apa maknanya ya??
Kholis mencoba menjelaskan, apa yang disampaikan oleh sayyidina Ali ini ada korelasi dengan perkembangan sejarah Islam khususnya dalam dunia politik, dimana ayat ini sering dipakai oleh para politisi untuk jualan dan dipolitisir untuk kepentingan politiknya.
Mendengar jawaban itu Gatot bereaksi dengan suara meninggi, “anda memang gak mau hukum Alloh ditegakan, anda memang gak mau syariah dijalankan, anda memang pendukung taghut dan tentu anda kafir.”
Kholis dengan tenang menanggapi, “mas Gatot kita diskusi gak usah panas, perlu anda ketahui ayat yang kau maksud itu harus difahami secara benar, dan memahami yang benar adalah tidak hanya bunyi teks tetapi dengan asbabun nuzul, dimana kalau ayat tersebut difahami, sebenarnya ayat ayat tersebut tidak ada kaitan dengan kaum muslimin sama sekali. Karena ayat tersebut diturunkan atas kejadian sebagian orang yahudi yang ingin melakukan tahkim kepada Nabi terhadap persoalan zina yang tertulis dalam taurat, kemudian turun ayat tersebut. Dengan demikian ayat tersebut adalah ditujukan untuk ahli kitab ketika mereka mengingkari apa yang tertulis dalam Taurat dan Injil dan tidak ada kaitannya sama sekali dengan kaum muslimin.
Asbabun nuzul menjadi sangat penting agar kita benar benar dapat menerapkan wahyu itu secara tepat, sebab jika mengabaikan asbabun nuzul, kemudian mengambil ayat sepotong sepotong akan sangat berbahaya dan dapat menjerumuskan, karena lari dari tujuan wahyu. Demikian penjelasan kholis panjang lebar.
Kemudian Gatot menanggapi, “Lhoo ustadz saya dalam usrah usrah tidak menjelaskan asbabun nuzul ayat tersebut”. Kholis menjawab, itu karena ustadz anda adalah politisi bukan kyai yang tulus ikhlas mengajarkan wahyu, tetapi mereka ingin mempolitisir wahyu demi ambisi politiknya, atau juga ustadz anda dalam usrah usrah itu agen gerakan asing yang ingin pecah belah umat Islam dan Negara kita.”
Kemudian Gatot masih penasaran, lalu bagaimana kita ini yang tinggal di Negara yang bukan Islam  bukankah kita jadi kafir?? Kholis menjawab, tidak!! Sekarang perlu anda ketahui dalam Islam ada tiga pilar. Pertama rukun iman, kedua rukun Islam dan ketiga Ihsan. Nah apakah Negara kita pancasila ini melarang kita meyakini rukun iman?? Semua menjawab tidaakkk…
Saya Tanya lagi “apakah Negara pancasila ini melarang melaksanakan rukun Islam?? Semua menjawab tidaakkk… nah jelaskan. Yang menentukan kita Islam dan tidak bukan Negara tetapi diri kita sendiri begitu juga dengan surga dan neraka juga diri kita sendiri. Jika ada orang tinggal di Negara Islam seperti Arab Saudi yang dasar negaranya adalah al Qur’an dan Hadits, tetapi jika salah satu penduduknya kelakuannya memeras TKI, menyiksa dan menzalimi, memperkosa dan minum arak jelas itu neraka. Meskipun kita orang Indonesia di Negara pancasila tetapi beriman dan bertakwa maka mereka layak masuk surga. Akhirnya diskusi bubar setelah masuk waktu Isya.
Orang orang seperti Gatot diatas mulai marak dikampung kampung, pertama tama mereka mengajak keluarga dekatnya, kemudian menyebarkan majalah atau bulletin bulletin dakwah yang isinya kebanyakan menjelek jelekan NKRI.  Saya bisa menghimbau seperti ini karena dikampung saya pun sudah ada yang menyebarkan majalah di mushola mushola, dan juga saya pernah mengikuti daurah kelompok mereka diajak teman saya yang aktifis…, akan tetapi Alhamdulillah ajaran Aswaja dalam diri saya lebih kuat sehingga tidak sampai terbawa. Saudara saudaraku semua berhati hatilah terhadap gerakan gerakan transnasional mengancam kedamaian Negara kita. Islam Indonesia yang dahulu terkenal ramah dan toleran sekarang jadi lebih radikal, seolah tidak mencerminkan Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
Kuatkan Ukhuwah, Rapatkan Barisan Untuk Menjaga Ajaran ASWAJA Di Tanah Air kita Indonesia.

Disarikan dari majalah Risalah Nahdlatul Ulama, edisi 25/Tahun IV/1432 H/2011.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Biografi Singkat KH. Muhammad Anis Fu’ad Hasyim Buntet Cirebon

DOA-DOA MUNAJAT IMAM AL-GHAZALI

Amalan Supaya Cepat Mendapatkan Jodoh.